PENGAPLIKASIAN TEKANAN OSMOTIK PADA INFUS



Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membrane semipermiabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul-molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut.
Jika seseorang memerlukan nutrisi dan injeksi cairan infus, maka tekanan osmotik cairan infus yang digumakan harus sesuai dengan tekanan osmotik darah (isotonik/isoosmotik).pada bab sifat koligatif larutan, osmolaritas adalah jumlah total milimol elektrolit dalam cairan infus. Hal ini berhubungan dengan tekanan osmotiknya. Pada pemberian infus, tekanan osmotik infus harus sesuai dengan tekanan osmotik darah. Sesuai dengan tingkat osmolaritasnya, infus dapat dibedakan menjadi tiga macam.
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut isotonic. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada larutan yang lain disebut hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang lebih tinggi daripada larutan yang lain disebut hipertonik. Tekanan osmotic memainkan peranan penting dalam sistem hidup. Misalnya, dinding sel darah merah berfungsi sebagai membrane semipermiabel terhadap pelarut sel darah merah. Penempatan sel darah merah dalam larutan hipertonik relative terhadap cairan dalam sel menyebabkan cairan sel keluar sehingga mengakibatkan sel mengerut.
Proses pengerutan sel seperti ini disebut krenasi. Penempatan sel darah dalam larutan yang hipotonik relatif terhadap cairan dalam sel menyebabkan cairan masuk ke dalam sel sehingga sel darah merah akan pecah. Proses ini dinamakan hemolisis. Seseorang yang membutuhkan pengganti cairan tubuh, baik melalui infus maupun meminum cairan pengganti ion tubuh harus memperhatikan konsentrasi cairan infus atau minuman. Konsentrasi cairan infus atau minuman harus isotonik dengan cairan dalam tubuh untuk mencegah terjadi krenasi atau hemolisis.
1.    Lautan Hipertonik
 

Jika tekanan dalam sel darah merah lebih besar daripada tekanan cairan infus (hipertonik), maka air dalam sel darah merah akan keluar, sehingga sel akan mengkerut. Cairan hipertonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel-sel ke dalam pembuluh darah yang mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi oedema (bengkak). Penggunaan kontradiktif dengan cairan hipotonik misalnya pada cairan Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-laktat, Dextroe 5%+NaCl 0,9%, produk darah dan albumin.

 2.    Larutan Hipotonik

 

Jika sebaliknya tekanan dalam sel darah merah lebih kecil daripada tekanan cairan infus, maka sel darah merah akan menyerap air sehingga dinding sel akan mengembang dan pecah. Cairan hipotonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi Na lebih rendah dibandingkan serum),sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmolaritas serum itu sendiri. Maka menyebabkan cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. caira infus yang hipotonik digunakan pada keadaan sel yang mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan yang tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contoh cairan yang hipotonik adalah NaCl45% dan Dekstrosa 2,5%.

3.    Cairan Isotonik

 

Cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). Cairan sel darah merah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan larutan NaCl 0,9%. Dengan kata lain cairan sel darah merah isotonik dengan NaCl 0,9%. Jika sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0,9%, air yang masuk keluar dinding sel akan setimbang (kesetimbangan dinamis). Prinsip caiaran berpindah dari osmolatitas tinggi ke osmolaritas rendah.


Prinsip tekanan osmotik dalam penggunaan infus ini merupakan contoh penerapan sifat larutan koligatif di bidang kesehatan. Prinsip tekanan osmotik sebagai salah satu sifat koligatif larutan ditemukan oleh Jacobus Henricus van’t Hoff seorang pemenang nobel kimia tahun 1901 atas penelitiannya pada kinetic kimia tentang kesetimbangan kimia, tekanan osmotik, dan kristalografi.
Penelitiannya mengenai tekanan osmotik menunjukkan bahwa tekanan osmotik suatu larutan sebanding dengan konsentrasi dan suhu larutan tersebut.
Prinsip tekanan osmotik tidak hanya digunakan pada cairan infus. Minuman-minuman pengganti ion tubuh yang kini marak di kalangan masyarakat juga menggunakan prinsip ini sebagai dasar pembuatannya.


FIDDIENI SALIMA
NIM.15630010

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.