PENERAPAN SEL VOLTA DALAM PEMBUATAN BATERAI
Baterai merupakan benda yang sudah tidak
asing lagi di kehidupan kita. Baterai sangat bermanfaat dalam kehidupan kita.
Selain itu baterai juga menjadi salah satu sumber energi dalam kehidupan kita. Baterai
ditemukan oleh Alesandro Volta pada tahun 1800-an. Istilah baterai sendiri
berasal dari bahasa Inggris dan dikemukakan pertama kali oleh Benjamin Franklin
yaitu “battery” yang berarti “deretan”, namun dalam kehidupan sehari-hari
baterai sering diartikan sebagai sebuah sel kering.
Baterai
adalah kumpulan dari beberapa sel listrik yang digunakan untuk menyimpan energi
kimia untuk selanjutnya diubah menjadi energi listrik. Sel listrik terdiri dari
elektroda dan elektrolit, dimana elektroda positif adalah katoda dan elektroda
negatif adalah anoda. Baterai menggunakan prinsip elektrokimia sebagai dasar
dari kerja baterai untuk mengonversi energy kimia menjadi energi listrik. Di
dalam baterai terjadi reaksi reduksi oksidasi atau reaksi redoks yang merupakan
reaksi inti dimana elektron bergerak dan menghasilkan gaya gerak listrik.
Baterai terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yaitu bagian
positif yang terdiri dari kation dan katoda, dimana katoda (elektroda positif)
sebagai tempat pergerakan kation (ion positif). Bagian kedua yaitu bagian
negatif yang terdiri dari anion dan anoda, dimana anoda (elektroda negatif)
sebagai tempat pergerakan anion (ion negatif). Baterai juga mempunyai
elektrolit yang merupakan bahan kimia sebagai sumber energi. Baterai ada yang
menggunakan dua jenis elektrolit dan juga ada yang menggunakan satu jenis
elektrolit. Katoda dan Anoda sebagai kutub-kutub dari baterai tidak berhubungan
secara langsung satu sama lain, melainkan dihubungkan oleh elektrolit. Di dalam
baterai tersebut terjadi reaksi redoks, di mana reaksi reduksi terjadi
pada kation di katoda dan reaksi oksidasi terjadi pada anion di anoda. Dari
reaksi inilah timbul pergerakan elektron yang menyebabkan adanya gaya gerak
listrik.
Perbedaan gaya gerak listrik (GGL) antara katoda dan anoda
disebut sebagai tegangan kutub. Tegangan kutub baterai pada kondisi rangkaian
terbuka memiliki nilai yang sama dengan GGL dari baterai. Namun, tegangan kutub
baterai pada kondisi rangkaian tertutup adalah lebih kecil dibandingkan pada
kondisi rangkaian terbuka yang dikarenakan “hambatan dalam” dari baterai.
Dimana besar hambatan dalam baterai dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
Ri =
hambatan dalam baterai (Ω)
E = ggl (volt)
Vt = tegangan kutub (volt)
I = arus (amper)
Sedangkan daya yang dapat disuplai baterai merupakan hasil
kali dari Kapasitas baterai dengan Tegangan kutub dari baterai tersebut.
Contohnya bateri Lithium ion yang memiliki tegangan 3,6 volt dan kapasitas 2000
mAh memiliki daya 7,2 Wh. Luas dan jarak antar elektroda dalam baterai
mempengaruhi tahanan dalam baterai, sedangkan GGL baterai dipengaruhi oleh kuat
lemahnya elektrolit.
Sel Volta dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Sel Volta Primer
Sel volta primer merupakan sel
baterai yang tidak dapat diisi lagi jika sumber energinya telah habis. Adapun
contoh sel volta primer adalah:
a.
Sel
Kering Karbon Seng
Sel kering karbon ditemukan oleh Ir.
Georges Leclanche (1839-1882) yang paling umum dan mudah didapatkan. Berbagai
usaha peningkatan telah dilakukan sejak itu, tetapi yang mengejutkan adalah
desain awal tetap dipertahankan yaitu sel kering mangan.
Sel kering mangan terdiri dari
bungkus dalam zink (Zn) sebagai elektroda negative (anoda), batang
karbon/grafit (C) sebagai elektroda positif (katoda) dan pasta MnO2 dan
NH4Cl yang berperan sebagai larutan elektrolit.
Anoda : logam seng (Zn)
Katoda : batang karbon/gafit (C)
Elektrolit : MnO2, NH4Cl dan serbuk karbon (C)
Reaksi yang terjadi adalah:
Anoda Zn (-) : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Katoda C (+) : 2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)
Reaksi total : Zn(s) + 2MnO2(s) + 2NH4+(aq) → Zn2+(aq) +
Mn2O3(s) + 2NH3(s) + H2O(l)
Sel
kering karbon banyak digunakan untuk radio, lampu senter, jam dinding, dan
mainan anak-anak. Struktur sel kering seperti gambar di bawah ini :
b.
Baterai Alkalin
Baterai
Alkalin merupakan sel Leclanche yang mempunyai kekuatan arus listrik dan beda potensial
1,5 volt. Dalam sel kering alkalin padatan KOH atau NaOH digunakan sebagai ganti
NH4Cl. Umur sel kering mangan (baterai biasa) diperpendek oleh
korosi zink akibat keasaman NH4Cl. Sedangkan pada sel kering, alkali
bebas masalah ini karena penggantian NH4Cl yang bersifat asam dengan
KOH/NaOH yang bersifat basa. Jadi umur sel kering alkali lebih panjang. Selain
itu juga menyebabkan energi yang lebih kuat dan tahan lama. Reaksi yang terjadi ialah:
Anoda Zn (-) : Zn →
Zn2+ + 2e–
Katoda C (+) : 2MnO2 + H2O + 2e-
→ Mn2O3 + 2OH–
Reaksi total : Zn + 2MnO2 + H2O
→ Zn2+ + Mn2O3 + 2OH–
c.
Sel Merkuri Oksida
Sel merkuri atau disebut juga
baterai kancing jenis Ruben Mallory.Sel
jenis ini telah dilarang penggunaannya dan ditarik dari peredaran sebab bahaya
yang dikandungnya (logam berat merkuri). Baterai kancing ini terdiri atas seng
(anoda) dan merkuri(II) oksida (katoda). Kedua elektroda tersebut berupa serbuk
padat. Ruang diantara kedua elektroda diisi dengan bahan penyerap yang mengandung
elektrolit kalium hidroksida (basa, alkalin). Reaksi redoks yang terjadi dalam
sel adalah sebagai berikut:
Anode : Zn(s) + 2OH–(aq) → ZnO(s) + H2O(l) + 2e–
Katode : HgO(s)
+ H2O(l) + 2e– → Hg(l) + 2OH–(aq)
Potensial sel yang dihasilkan adalah 1,35 V.Sel ini juga banyak
digunakan sebagai sumber arus pada alat-alat elektronik yang kecil. Misalnya
jam tangan dan kalkulator kecil.
d.
Sel Perak Oksida
Susunan baterai perak
oksida yaitu Zn (sebagai anoda), Ag2O (sebagai katoda), dan pasta KOH
sebagai elektrolit. Reaksinya sebagai berikut:
Anode :Zn + 2OH- → Zn(OH)2
+ 2e-
Katode :Ag2O + H2O + 2e- → 2Ag
+ 2OH-
Baterai perak oksida memiliki potensial
sel sebesar 1,5 volt dan bertahan dalam waktu yang lama.Kegunaan baterai jenis
ini adalah untuk arloji,kalkulator dan kamera.
2. Sel
Volta Sekunder
Sel volta sekunder merupakan sel volta
yang jika habis dapat berfungsi lagi setelah dialiri arus listrik. Contoh Sel
Volta sekunder sebagai berikut :
a) Sel
Aki Timbal Asam
Nilai sel terletak pada kegunaannya. Diantara
berbagai sel, sel timbal (aki) telah digunakan sejak 1915. Berkat sel
ini,mobil/sepeda motor dapat mencapai mobilitasnya, dan akibatnya menjadi alat transportasi
terpenting saat ini. Baterai timbal dapat bertahan kondisi yang ekstrim
(temperatur yang bervariasi, shock mekanik akibat jalan yang rusak, dll) dan
dapat digunakan secara kontinyu beberapa tahun.
Dalam baterai timbal, elektroda negatif
adalah logam timbal (Pb) dan elektroda positifnya adalah timbal yang dilapisi
timbal oksida (PbO2), dan kedua elektroda dicelupkan dalam larutan
elektrolit asam sulfat (H2SO4). Reaksi elektrodanya
adalah sebagai berikut:
Anoda
Pb (-) : Pb + SO42-
→ PbSO4 + 2e–
Katoda
PbO2(+) : PbO2
+ SO42- + 4H+ + 2e– → PbSO4
+ 2H2O
Reaksi total : Pb + PbO2 +
4H+ + 2SO42- → 2PbSO4 +
2H2O
Kondisi
Saat aki digunakan:
Saat aki menghasilkan listrik, Anoda Pb
dan katoda PbO2 bereaksi dengan SO42-menghasilkan
PbSO4. PbSO4 yang dihasilkan dapat menutupi permukaan
lempeng anoda dan katoda. Jika telah terlapisi seluruhnya maka lempeng anoda
dan katoda tidak berfungsi. Akibatnya aki berhenti menghasilkan listrik. Saat
aki menghasilkan listrik dibutuhkan ion H+ dan ion SO42-
yang aktif bereaksi. Akibatnya jumlah ion H+ dan ion SO42-
pada larutan semakin berkurang dan larutan elektrolit menjadi encer maka
arus listrik yang dihasilkan dan potensial aki semakin melemah. Oleh
karena reaksi elektrokimia pada aki merupakan reaksi kesetimbangan (reversibel)
maka dengan memberikan arus listrik dari luar ( mencas ) keadaan 2 elektroda
(anoda dan katoda) yang terlapisi dapat kembali seperti semula. Demikian pula
ion akan terbentuk lagi sehingga konsentrasi larutan elektrolit naik kembali seperti
semula.
Anoda
PbO2( - ) : PbSO4 +
2H2O → PbO2 + 4H + + SO42-
+ 2e–
Katoda Pb ( + ) : PbSO4 + 2e– → Pb +
SO42-
Reaksi total : 2PbSO4 + 2H2O
→ Pb + PbO2 + 4H+ + 2SO42-
Selama proses penggunaan
maupun pengecasan aki terjadi reaksi sampingan yaitu elektrolisis air dan tentu
saja ada air yang menguap. Dengan demikian penting untuk menambahkan air
terdistilasi ke dalam baterai timbal. Baru-baru ini jenis baru elektroda
yang terbuat dari paduan timbal dan kalsium, yang dapat mencegah elektrolisis
air telah dikembangkan. Baterai modern dengan jenis elektroda ini adalah sistem
tertutup dan disebut dengan baterai penyimpan tertutup yang tidak memerlukan
penambahan air.
b) Sel
Nikel Basa
Mirip dengan baterai timbal, sel nikel-kadmium
juga reversibel. Selain itu dimungkinkan untuk membuat sel nikel-kadmium lebih
kecil dan lebih ringan daripada sel timbal. Jadi sel ini digunakan sebagai batu
baterai alat-alat portabel seperti: UPS, handphone dll.
Anoda Cd (-) : Cd + 2OH– →
Cd(OH)2 + 2e–
Katoda
NiO2 (+) : NiO2 +
2H2O + 2e– → Ni(OH)2 + 2OH–
Reaksi total : Cd + NiO2 + 2H2O
→ Cd(OH)2 + Ni(OH)
c) Sel Perak Seng
Sel ini mempunyai kuat arus (I) yang besar
dan banyak digunakan pada kendaran-kendaraan balap. Sel perak seng dibuat lebih
ringan dibandingkan dengan sel timbal seng. KOH adalah elektrolit yang
digunakan dan elektrodenya berupa logam Zn (seng) dan Ag (perak).
d)
Baterai
Litium
Terdiri atas litium sebagai anoda dan MnO2 sebagai
oksidator (seperti pada baterai alkaline). Baterai Litium ini dapat
menghasilkan arus listrik yang lebih besar dan daya tahannya lebih lama
dibandingkan baterai kering yang berukuran sama. Berikut notasi dari baterai
Litium:
Li│Li+ (pelarut non-air)│KOH
(pasta)│MnO2, Mn(OH)3, C
3.
Sel Bahan Bakar
Sel Bahan bakar merupakan sel Galvani
dengan pereaksi – pereaksinya (oksigen dan hidrogen) dialirkan secara kontinyu
ke dalam elektroda berpori. Sel ini terdiri atas anoda dari nikel, katoda dari
nikel oksida dan elektrolit KOH. Reaksi yang terjadi :
Anode : 2H2(g) + 4OH-(aq) → 4H2O(l) + 4e
Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH-(aq)
Reaksi sel : 2H2(g) + O2 → 2H2O(l)
Sel seperti ini biasa di gunakan untuk
sumber listrik pada pesawat luar angkasa. Berikut adalah penampang Sel
Bahan Bakar :
Oleh
: Hoirotun Nisak (15630028)
Kimia – A
Leave a Comment