PERUBAHAN KEADAAN : ATURAN FASA
1.
Pengertian
Fasa
Fasa adalah sejumlah zat yang
homogen, baik secara kimia maupun fisika. Dapat juga dikatakan bahwa suatu
system yang homogen adalah suatu bentuk dari fasa, yang dapat dipisahkan secara
mekanik. Sifat suatu fasa dinyatakan dengan properti-properti intensif, seperti
temperature, tekanan, dan konsentrasi. Banyaknya properti intensif yang harus
ditetapkan agar keadaan setimbang telah
diperkenalkan oleh J. Willard Gibbs pada tahun 1875, namun baru dipublikasikan
20 tahun kemudian.
2.
Pembagian
fasa
Secara
umun dikenal tiga kelompok fasa, yaitu : fasa , fasa cair, dan padat.
Dimisalkan. dalam fasa uap, kerapatannya serbasama di semua bagian uap
tersebut. Dalam fasa cair, kerapatannya serbasama dengandi semua bagian pada
cairan tersebut, namun nilai kerapatannya berbeda dengan di fasa uap. Misalkan,
es adalah satu fasa walaupun terdiri dari beberapa balok. Suatu larutan yang
dibentuk dari 2 komponen atau lebih dapat merupakan satu fasa, walau jika
diteliti secara mikroskopis sebetulnya larutan tersebut tidak homogen. Namun,
jika larutan tersebut merupakan campuran
dari larutan yang tidak saling bercampur, maka larutan tersebut terdiri lebih
dari satu fasa. Pada fasa gas, system hanya akan memiliki satu fasa, karena semua
gas dapat saling bercampur.
Untuk memahami tentang kesetimbangan
fasa, maka perlu juga mengenal istilah jumlah fasa, jumlah komponen, dan
derajat kebebasan.
· Jumlah fasa
Banyaknya
fase dalam system diberi notasi P.
gas atau campuran gas adalah fasatunggal; Kristal adalah fasa tunggal; dan dua
cairan yang dapat campur secara total membentuk fase tunggal. Campuran dua
logam adalah system dua fasa(P = 2)
jika logam-logam itu tak dapat campur, tetapi merupakan system satu fasa (P = 1) jika logam-logamnya dapat
tercampur. Contoh ini menunjukkan bahwa memutuskan apakah suatu sistem terdiri
dari satu atau dua fase (atkins, 1996).
Disperse adalah seragam pada skala makroskopik,
namun tidak pada skala mikroskopik, karena disperse terdiri dari atas butiran-butiran
atau tetesan-tetesan komponen didalam matriks komponen lain (Atkins, 1996).
· Jumlah komponen
Banyaknya
komponen dalam system C adalah jumlah
minimum spesies bebas yang diperlukan untuk menentukan komposisi semua fasa
yang ada dalam system. Definisi ini mudah diberlakukan jika spesies yang ada
dalam system tidak bereaksi, sehingga kita hanya menghitung banyaknya.
Misalkan, air murni merupakan system satu komponen (C=1) dan campuran etanol
dan air adalah sisem dua-komponen (C=2) (Atkins, 1996).
Jika
spesies bereaksi dan berada pada kesetimbangan kita harus memperhitungkan arti
kalimat “semua fasa” dalam definisi tersebut. Jadi, untuk ammonium klorida yang
dalam kesetimbangan dengan uapnya (Atkins, 1996),
NH4Cl(s) ↔ NH3(g) +
HCl(g)
Kedua
fasa mempunyai komposisi formal ”NH4Cl” dan system mempunyai satu
komponen. Jika HCl(g) berlebihan ditambahkan, system mempunyai dua komponen
karena sekarang jumlah relatif HCl dan NH3 berubah-ubah.
· Derajat kebebasan
Derajat
kebebasan merupakan jumlah minimum variable intensif yang diperlukan untuk
menentukan keadaan suatu system. Terdapat dua variabel yang diketahui, yaitu
variable intensif dan variable ekstensif. Variable intensif adalah variable
yang tidak bergantung pada banyaknya partikel, misalkan : tekanan, kerapatan,
kapasitas panas molar, dan indeks refraktif. Sedangkan variable ekstensif
adalah variable yang besarnya tergantung pada banyaknya partikel. Misalnya :
berat dan volume.
3.
Aturan
Fasa
Dalam system komponen tunggal (C = 1), tekanan dan temperature dapat
diubah secara bebas jika hanya ada satu fasa (P = 1). Jika kita mendefinisikan varian F system sebagai
banyaknya variable intensif yang dapat diubah dengan bebas tanpa mengganggu
banyaknya fasa yang berada dalam kesetimbangan, maka F = 2. Jadi, system itu bivarian
dan mempunyai dua derajat kebebasan. Didalam satu perhitungan yang paling indah
dalam keseluruhan termodinamika kimia, J.W. Gibbs menarik kesimpulan tentang aturan fasa, yang merupakan hubungan
umum antara varian F, jumlah komponen
C, dan jumlah fasa pada kesetimbangan
P untuk suatu system dengan komposisi
sembarang (Atkins, 1996):
F
= C – P + 2
Akan
diketahui bahwa aturan ini akan mewakili apa yang telah diketahui tentang
system satu komponen, menjelaskan bagaimana aturan ini diturunkan dan kemudian
menerapkannya pada kasus yang lebih rumit.
·
System
satu-komponen
Untuk system satu
komponen, seperti air murni,
F
= 3 - P
Jika hanya ada satu fase,
F=2 dan P dan T dapat diubah-ubah
dngan bebas. Dengan kata lain, fasa tunggal digambarkan dengan daerah pada
diagram fasa. Jika dua fasa ada dalam kesetimbangan, F=1, yang berarti tekanan bukanlah variable bebas jika kita sudah
menentukan temperaturnya. Jadi, kesetimbangan dua dengan garis di dalam diagram fasa. Daripada
memilih temperature, kita dapatmemilih tekanan, tetapi dengan pemilihan itu,
kedua fasa mencapai kesetimbangan pada temperature tertentu. Oleh karena itu,
pembekuan (atau transisi fasa yang lain) pada temperature tertentu pada tekanan
tertentu (Atkins, 1996).
Jika
ketiga fasa ada dalam kesetimbangan, F
= 0. Kondisi invariant yang khusus ini hanya dapat terjadi pada temperature dan
tekanan tertentu. Oleh karena itu, kesetimbangan tiga fasa itu digambarkan
dengan satu titik, yaitu titi tripel, pada diagram fasa. Empat fasa tidak dapat
berada pada kesetimbangan dalam system
satu-komponen karena F tidak dapat
menjadi negative (Atkins, 1996).
·
System
Dua Komponen
Jika
dua komponen ada dalam system, C = 2
dan
F = 4 – P
Untuk penyederhanaan, kita akan
membuat supaya tekanan tetap (misalkan pada 1 atm),yang berarti menghabiskan
satu derajat kebebasan, dan menuliskan F’
= 3 – P untuk varian sisanya. Salah
satu sisa derajat kebebasan ini adalah temperature, yang lain adalah komposisi
(yang dinyatakan dengan fraksi mol satu komponen). Oleh karena itu, kita dapat
menggambarkan kesetimbangan fasa system pada diagram temperature komposisi.
Garis vertical dalam diagram mennjukkan system dengan komposisi yang sama, pada
temperature da, dan disebut dengan isotope
(bahasa yunani untuk “jumlah sama”).
Sedikitnya
selalu ada satu fasa, kita membutuhkan
tiga variabel untuk menggambarkan sistem secara sempurna (3D), dan hal ini
sulit utk dimengerti/digambarkan. Jadi selalu satu variabel, tekanan atau
temperatur dianggap konstan. Dan diagram fasa dinyatakan sebagai diagram
temperatur komposisi atau tekanan komposisi.
Diagram fasa Cair-Cair
Bahasan
Pertama, adalah tentang system biner yang terdiri atas pasangan cairan campur sebagian, yaitu cairan
yang tidak bercampur dalam semua proporsi pada semua temperature. Contohny
adalah heksana dan nitrobenzene.
Misalkan kita menambahkan sedikit
cairan B keadalam sampel A, pada temeratur tertentu T’, maka cairan B larut
sempurna, dan sistembiner tetapsatu fasa. Dengan makin banyak penambahan B, maka
tiba satu tahap dimana B tidak larut lagi dan contoh lain anggap sampel terdiri
dari dua fasa, dimana fasa paling banyak mengandung A dan dijenuhi oleh B. fasa
lainnya B yang sedikit dan dijenuhi oleh A. dalam diagram
temperature-komposisi, komposisi fasa yang pertama ditunjukkan oleh titik a’
dan komposisi fasa kedua ditunjukkan oleh titik a”. garis mendatar yang
menghubungkan a’ dan a” disebut garis
hubung. Yaitu garis yang menghubungkan dua fasa yang berada dalam
kesetimbangan satu sama lain (Atkins, 1996).
·
System
tiga-komponen
Untuk
system tiga-komponen, F = 5-P, sehingga variannya dapat mencapai 4.
Dengan menjaga temperature dan tekanan tetap, masih ada dua derajat kebebasan
(yaitu fraksi mol dua komponen). Salah satu cara terbaik untuk memperlihatkan
variasi kesetimbangan fase dengan system komposisi digunakan diagram fasa
segitiga (Atkins, 1996).
Fraksi mol tiga komponen
dari system terner (C = 3) sesuai
dengan diagram fasa yang digambarkan sebagai segitiga sama sisi menjamin
dipenuhinya sifat ini secara otomatis, sebab jumlah jarak ke sebuha titik di
dalam segitiga sama sisi yang diukur sejajar dengan sisi-sisinya sama dengan panjang
sisi segitiga itu., yang diambil sebagai satuan panjang (Atkins, 1996).
AHMAD ZULFIKRI FATHONI
NIM.12630047
Leave a Comment