KESETIMBANGAN FASA
Kata fasa berasal dari bahasa Yunani
yang berarti pemunculan. Fase (P) adalah keadaan materi yang seragam
di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya melainkan juga dalam
keadaan fisiknya. Sedangkan komponen (C)
adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut dalam
larutan biner.
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat – sifat fisik
seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas.
Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Untuk
sistem satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus – Clapeyron
menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dengan perubahan suhu. Sedangkan
pada sistem dua komponen, larutan ideal mengikuti hukum Raoult. Larutan non
elektrolit nyata (real) akan
mengikuti hukum Henry.
1.
Fasa (p)
Fasa adalah bagian yang
serba sama dari suatu sisitem, yang dapat dipisahkan secara mekanik , serbasama
dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat fisika. Dalam fasa uap kerapatannya
serbasama disemua bagian dalam uap tersebut. Dalam fasa cair kerapatannya
serbasama disemua bagian dalam cair tersebut, tetapi nilai kerapatannya berbeda
dengan di fasa uap. Contoh nya air yang berisi pecahan-pecahan es merupakan
suatu sistem yang terdiri atas dua fasa yang berwujud padat (es) dan fasa yang
berwujud cair (air) (Atkins,1999)
Sistem yang hanya terdiri
atas campuran wujud gas saja hanya ada satu fasa pada kesetimbangan sebab gas
selalu bercampur secara homogen. Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud
cairan-cairan pada kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih tergantung
pada kelarutannya (Atkins,1999)
Fasa dapat
didefinisikan sebagai setiap bagian sistem yang :
a. Homogen dan dipisahkan oleh batas yang jelas
b. Sifat fisik dan sifat kimia berbeda dari bagian sistem lain
c. Dapat dipisahkan secara mekanik dari bagian lain sistem itu
Contoh
¨ sistem
satu fasa : Dua cairan yang bercampur homogen
¨sistem
2 fasa: cairan polar (misal air) dan non polar (misal :minyak) sistem belerang
padat (monoklin dan rombik)
¨sistem
3 fasa: es, uap air dan air
CaCO3(s) CO2 (g) + CaO (s
2.
Komponen (c)
Jumlah
komponen dalam suatu sistem merupakan jumlah minimum dari spesi yang secara
kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi setiap fasa dalam
sistem tersebut. Cara praktis untuk menentukan jumlah komponen adalah dengan
menentukan jumlah total spesi kimia dalam system dikurangi dengan jumlah-jumlah
reaksi kesetimbangan yang berbeda yang dapat terjadi antara zat-zat yang ada
dalam sistem tersebut
Contoh :
H2O (g) H2O
(l) jumlah komponen C = 1
2(g) + 3
H2(g)2 NH2(g)
jumlah
komponen C = 3 untuk perbandingan mol N2 dan H2≠1:3
jumlah
komponen C = 2 bila perbandingan mol N2: H2= 1 : 3
3.
Derajat Kebebasan
Dalam
membicarakan kesetimbangan fasa, kita tidak akan meninjau variabel ekstensif
yang bergantung pada massa dari setiap fasa tetapi meninjau variabel-variabel
intensif seperti suhu, tekanan, dan komposisi (fraksi mol). Jumlah variabel
intensif independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu system
disebut derajat kebebasan dari sistem tersebut (Atkins,1999)
a.
Sistem Satu Komponen
Ø
Aturan Fasa Gibbs
Pada tahun 1876, Gibbs menurunkan hubungan
sederhana antara jumlah fasa setimbang, jumlah komponen, dan jumlah besaran intensif
bebas yang dapat melukiskan keadaan sistem secara lengkap. Menurut Gibbs,
.......................................... (1)
dimana Ï…
= derajat kebebasan
c = jumlah komponen
p = jumlah fasa
γ = jumlah besaran intensif
yang mempengaruhi sistem (P, T)
Derajat kebebasan
suatu sistem adalah bilangan terkecil yang menunjukkan jumlah variabel bebas
(suhu, tekanan, konsentrasi komponen – komponen) yang harus diketahui untuk
menggambarkan keadaan sistem. Untuk zat murni, diperlukan hanya dua variabel
untuk menyatakan keadaan, yaitu P dan T, atau P dan V, atau T dan V. Variabel
ketiga dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal. Sehingga,
sistem yang terdiri dari satu gas atau cairan ideal mempunyai derajat kebebasan
dua (Ï… = 2).
Bila suatu zat berada dalam
kesetimbangan, jumlah komponen yang diperlukan untuk menggambarkan sistem akan
berkurang satu karena dapat dihitung dari konstanta kesetimbangan. Misalnya
pada reaksi penguraian H2O.
H2O(g) D H2(g) + ½ O2(g)
............................................. (2)
Dengan menggunakan
perbandingan pada persamaan 2, salah satu konsentrasi zat akan dapat ditentukan
bila nilai konstanta kesetimbangan dan konsentrasi kedua zat lainnya diketahui.
Diagram fasa adalah diagram yang menggambarkan keadaan sistem (komponen dan fasa) yang dinyatakan dalam 2 dimensi. Dalam diagram ini tergambar sifat - sifat zat seperti titik didih, titik leleh, titik tripel. Sebagai contoh adalah diagram fasa 1 komponen adalah diagram fasa air
Kondisi fasa – fasa dalam sistem satu komponen digambarkan dalam diagram fasa yang merupakan plot kurva tekanan terhadap suhu.
Gambar 2. Diagram fasa air pada tekanan rendah
Titik A pada kurva menunjukkan
adanya kesetimbangan antara fasa – fasa padat, cair dan gas. Titik ini disebut
sebagai titik tripel. Untuk
menyatakan keadaan titik tripel hanya dibutuhkan satu variabel saja yaitu suhu
atau tekanan. Sehingga derajat kebebasan untuk titik tripel adalah nol. Sistem
demikian disebut sebagai sistem invarian.
Keberadaan Fasa – Fasa dalam Sistem Satu Komponen
Perubahan fasa dari padat ke cair dan selanjutnya menjadi gas (pada tekanan tetap) dapat dipahami dengan melihat kurva energi bebas Gibbs terhadap suhu atau potensial kimia terhadap suhu.
Gambar 3. Kebergantungan energi Gibbs pada fasa – fasa padat, cair dan
gas terhadap
suhu pada tekanan tetap
Lereng garis energi Gibbs ketiga fasa pada gambar
3.2. mengikuti persamaan

Nilai entropi (S) adalah positif. Tanda negatif muncul karena arah lereng yang turun. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa Sg > Sl > Ss.
Persamaan Clapeyron
Bila dua fasa dalam sistem
satu komponen berada dalam kesetimbangan, kedua fasa tersebut mempunyai energi
Gibbs molar yang sama. Pada sistem yang memiliki fasa α dan β,
Gα =
Gβ
.................................................. (4)
Jika tekanan dan suhu diubah
dengan tetap menjaga kesetimbangan, maka
dGα =
dGβ
................................................ (5)

Dengan menggunakan hubungan
Maxwell, didapat


Karena
................................................. (9)

maka
............................................. (10)

Persamaan 10 disebut sebagai Persamaan Clapeyron, yang dapat
digunakan untuk menentukan entalpi penguapan, sublimasi, peleburan, maupun
transisi antara dua padat. Entalpi sublimasi, peleburan dan penguapan pada suhu
tertntu dihubungkan dengan persamaan

Persamaan Clausius – Clapeyron
Untuk
peristiwa penguapan dan sublimasi, Clausius menunjukkan bahwa persamaan
Clapeyron dapat disederhanakan dengan mengandaikan uapnya mengikuti hukum gas
ideal dan mengabaikan volume cairan (Vl) yang jauh lebih kecil dari
volume uap (Vg).

Bila
................................................. (13)

maka persamaan 10 menjadi





Persamaan
18 disebut Persamaan Clausius –
Clapeyron. Dengan menggunakan persamaan di atas, kalor penguapan atau
sublimasi dapat dihitung dengan dua tekanan pada dua suhu yang berbeda.
Bila
entalpi penguapan suatu cairan tidak diketahui, harga pendekatannya dapat
diperkirakan dengan menggunakan Aturan
Trouton, yaitu

b.
Sistem dua komponen cair-gas ideal
Yang dimaksud dengan sistem dua
komponen cair-gas adalah sistem yang terdiri dari cairan dengan uapnya. Sistem
dikatakan ideal bila memenuhi hukum Raoult pada semua rentang konsentrasi.
Untuk campuran biner ideal, proses pencampuran tidak menimbulkan efek kalor
karena energy interaksi antara komponen 1 dan komponen 2 sama dengan energi
interaksi antara sesama partikel komponen 1 maupun sesama partikel komponen 2.
Pada tahun 1884, Raoult mengemukakan hubungan sederhana yang dapat
digunakan untuk memperkirakan tekanan parsial zat i di atas larutan (Pi ) dari suatu komponen dalam
larutan. Menurut Raoult,

Pernyataan ini disebut sebagai Hukum Raoult, yang akan dipenuhi bila komponen – komponen dalam larutan mempunyai sifat yang mirip atau antaraksi antar larutan besarnya sama dengan interaksi di dalam larutan (A – B = A – A = B – B). Campuran yang demikian disebut sebagai campuran ideal, contohnya campuran benzena dan toluena
Gambar 4 Tekanan total dan parsial untuk
campuran benzena – toluena pada 60oC
Gambar 5 Fasa cair dan uap untuk campuran
benzena – toluena pada 60oC
Hukum Henry
Hukum
Raoult berlaku bila fraksi mol suatu komponen mendekati satu. Pada saat fraksi
mol zat mendekati nilai nol, tekanan parsial dinyatakan dengan

yang
disebut sebagai Hukum Henry, yang
umumnya berlaku untuk zat terlarut. Dalam suatu larutan, konsentrasi zat
terlarut (dinyatakan dengan subscribe
2) biasanya lebih rendah dibandingkan pelarutnya (dinyatakan dengan subscribe 1). Nilai K adalah tetapan Henry yang besarnya tertentu untuk setiap pasangan
pelarut – zat terlarut.
Tabel 3.1. Tetapan Henry untuk gas – gas terlarut pada 25oC (K2
/ 109 Pa)
Gas
|
Pelarut
|
|
Air
|
Benzena
|
|
H2
|
7,12
|
0,367
|
N2
|
8,68
|
0,239
|
O2
|
4,40
|
|
CO
|
5,79
|
0,163
|
CO2
|
0,167
|
0,0114
|
CH4
|
4,19
|
0,569
|
C2H2
|
0,135
|
|
C2H4
|
1,16
|
|
C2H6
|
3,07
|
Kelarutan gas dalam cairan
dapat dinyatakan dengan menggunakan tetapan Henry. Hukum Henry berlaku dengan
ketelitian 1 – 3% sampai pada tekanan 1 bar. Kelarutan gas dalam cairan umumnya
menurun dengan naiknya temperatur, walaupun terdapat beberapa pengecualian
seperti pelarut amonia cair, lelehan perak, dan pelarut – pelarut organik.
Senyawa – senyawa dengan titik didih rendah (H2, N2, He,
Ne, dll) mempunyai gaya tarik intermolekular yang lemah, sehingga tidak terlalu
larut dalam cairan. Kelarutan gas dalam air biasanya turun dengan penambahan
zat terlarut lain (khususnya elektrolit
APLIKASI KESETIMBANGAN FASA
Distilasi Fraksionisasi
Fungsi
distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair,
dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi
ini juga dapat digunakan untuk campuran
dengan perbedaan titik didih kurang dari 20°C dan bekerja pada tekanan
atmosfer atau
dengan tekanan rendah.Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah,
untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan distilasi
fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan
secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang
berbeda-beda ini bertujuan untuk
pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di
bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak
volatil cairannya
Nama
: Luthfiyatul Azizah
Nim:15630007
Kelas:
kimia A
Leave a Comment