SEL ELEKTROKIMIA
Sel
elekrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan elektron yang terjadi
pada sebuah media pengantar listrik (elektrode). Elektrode terdiri dari
elektrode positif dan elektrode negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda
akan dialiri oleh arus listrik sebagai sumber energi dalam pertukaran elektron.
Konsep elektrokimia didasari oleh proses reduksi-oksidasi (redoks) dan larutan
elektrolit. Pada reaksi reduksi terjadi peristiwa penangkapan elektron
sedangkan reaksi oksidasi merupakan peristiwa pelepasan elektron yang terjadi
pada media pengantar pada sel elektrokimia.
Proses
elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat terjadinya serah terima
elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan larutan. Larutan dapat
dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit
lemah dan larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit kuat merupakan larutan
yang mengandung ion-ion terlarut yang dapat mengantarkan arus listrik sangat
baik sehingga proses serah terima elektron berlangsung cepat dan energi yang
dihasilkan relatif besar. Sedangkan larutan elektron lemah merupakan larutan
yang mengandung ion-ion terlarut yang terionisasi sebagian sehingga dalam proses
serah terima elektron berlangsung lambat dan energi yang dihasilkan kecil.
Larutan non-elektrolit merupakan larutan yang tidak terjadi proses serah terima
elektron.
Sel
elektrokimia terdiri dari sel volta dan sel elektrolisis. Sel volta atau sel
galvani merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi listrik dari reaksi
kimia yang berlangsung sepontan. Pada sel volta anoda adalah kutub negatif dan
katoda adalah kutub positif. Anoda dan katoda akan dicelupkan kedalan larutan
elektrolit yang terhubung oleh jembatan garam. Jembatan garam memiliki fungsi
sebagai pemberi suasana netral (grounding) dari kedua larutan yang menghasilkan
listrik. Sel volta dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sel volta primer, sel
volta sekunder dan sel volta bahan bakar. Sel volta primer merupakan sel volta
yang tidak dapat diperbarui dan bersifat irreversible, contohnya baterai
kering. Sel volta sekunder merupakan sel volta yang dapat diperbarui dan
bersifat reversible, contohnya baterai aki. Sel volta bahan bakar merupakan sel
volta yang tidak dapat diperbarui tetapi tidak habis, contohnya sel campura
bahan bakar pesawat luar angkasa.
Sel
elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan sumber energi listrik
untuk mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Pada sel elektrolisis
katoda memiliki muatan negatif sedangkan anoda memiliki muatan positif. Aplikasi
dari sel elektrolisis adalah penyepuhan logam emas dengan menggunakan larutan
elektrolit yang mengandung unsur emas (Au). Hal ini dilakukan untuk melapisi
kembali perhiasana yang kada emasnya sudah berkurang.
Contoh
reaksi redoks spontan dalam sel Volta yang menghasilkan energi listrik adalah
reaksi antara seng dan tembaga.
1. Notasi sel volta
Rangkaian
sel volta dapat ditulis dalam bentuk notasi atau diagram sel. Dalam menuliskan
diagram sel, anoda dituliskan di sebelah kiri dan katoda di sebelah kanan yang
dipisahkan oleh jembatan garam. Jembatan garam dilambangkan dengan dua garis
sejajar (||). Secara umum, notasi sel dituliskan sebagai berikut:
anoda | Larutan | | Larutan | katoda
sehingga pada sel volta di atas
dituliskan dalam bentuk notasi sel :
Zn | Zn2+ | | Cu2+
| Cu
Notasi tersebut menyatakan bahwa
pada anoda terjadi reaksi oksidasi Zn menjadi
Zn2+ , sedangkan di
katoda terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu.
2. Potensial Elektroda Standar
Pada sel
volta yang tersusun dari Pada sel volta yang tersusun dari elektroda Zn dan Cu,
ternyata elektroda Zn mengalami oksidasi. Hal ini menunjukkan bahwa logam Zn
lebih cenderung mengalami oksidasi dibandi kan logam Cu. Untuk membandingkan
kecenderungan logam-logam mengalami oksidasi digunakan elektroda hydrogen
sebagai pembanding yang potensial elektrodanya adalah 0 volt. Potensial sel
yang dihasilkan oleh elektroda logam dengan elektroda hidrogen pada kondisi
standar, yaitu pada suhu 25°C, tekanan gas 1 atmosfer dan konsentrasi ion-ion
1M disebut potensial elektroda standar logam tersebut dan diberi lambang E°.
Potensial
elektrode berkaitan dengan reaksi redoks sehingga ada dua jenis potensial
elektrode, yaitu potensial reduksi dan potensial oksidasi . potensial oksidasi
merupakan nilai yang sama dengan potensial reduksi dengan tanda berlawanan.
E° oksidasi = – E° reduksi
Contoh :
Reaksi reduksi
: Zn2+ + 2e →
Zn E° = -0,76 volt
Reaksi oksidasi
: Zn→ Zn2+ +
2e E° = +0,76 volt
3. Potensial Sel
Perbedaan
potensial dari kedua elektroda (katoda dan anoda) disebut beda potensial
atau potensial sel standar yang diberi lambar Esel.
Esel = E°
katoda – E°anoda
Katoda merupakan tempat terjadi
reaksi reduksi sehingga mempunyai E° lebih besar, sedangkan anoda merupakan
tempat terjadi reaksi oksidasi sehingga mempunyai harga E° lebih kecil.
Potensial sel dapat digunakan untuk
memperkirakan spontan tidaknya suatu reaksi redoks. Reaksi redoks berlangsung
spontan bila Esel > 0 (positif) dan tidak spontan bila Esel < 0
(negatif).
4. Deret Volta
Pada Deret Volta, unsur logam dengan
potensial elektrode lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur
dengan potensial elektrode yang lebih positif ditempatkan di bagian kanan.
Semakin ke kiri kedudukan suatu
logam dalam deret tersebut, maka:
- Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)
- Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah mengalami oksidasi)
Sebaliknya, semakin ke kanan
kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka:
- Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas elektron)
- Logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah mengalami reduksi
MAGHFIROTUL IZZANI
Leave a Comment